hit counter

Jumat, 17 Januari 2014

sejarah cappucino cincau

Mengapa bisa ada tempe? Karena ada kedelai.Mengapa bisa ada kehidupan? Karena ada napas.
Mengapa bisa ada jamban? Karena ada kebelet.

Begitulah, segala sesuatu yang ada di dunia ini ada sejarahnya, ada asal-usulnya. Kita yang hidup di generasi sekarang ini hanyalah sedikit lebih beruntung, sebab kebanyakan hal-hal yang sudah ada sekarang ini pada dasarnya kita tinggal menikmati, menikmati, dan menikmati. Tanpa tahu dan ikut merasakan bagaimana hal itu bermula dan berkembang.

Dan belakangan ini, dunia sedang dihebohkan dengan kehadiran the new Starbucks: Cappuccino Cincau.

Berbicara tentang cappuccino, tentunya pikiran kita akan langsung tertuju pada Italia, karena memang dari negara itulah minuman ini berasal. Kalau menurut laman wikipedia, nama cappuccino sendiri berasal dari kelompok biarawan yang bernama Capuchin, yang memiliki kebiasaan meminum kopi yang sama.

Sedangkan bila kita berbicara tentang cincau, tentunya kita semua sebagai warga Indonesia sudah sangat familiar dengan minuman ini, karena memang cincau adalah minuman khas Indonesia. Nah, buat kalian yang belum pernah tau apa itu cincau, bentuknya itu lembek, agak-agak berlendir, dan warnanya hijau. Agak-agak mirip... ... ... bayangin sendiri aja dah.

Namun bukan itu yang akan gua paparkan di sini, melainkan bagaimana awal mulanya sebuah cappuccino yang aslinya jauh dari Italia sana, bisa bertemu, bersinergi, bersatu padu, dan berkolaborasi dengan cincau yang bentuknya buruk rupa.

Bagaimana mungkin sejarah bisa tertorehkan lewat dua kultur yang sangat berbeda. Bagaimana mungkin negara tidak memfasilitasi warganya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Oke, sekarang gua akui, gua udah kejauhan ngelanturnya.

Sejarah pertemuan cappucino dan cincau bermula ketika dua orang dari dua negara yang berbeda bertemu secara tidak sengaja. Dan dari pertemuan ini, cinta bersemi di antaranya, seperti kumbang yang menyemai serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya. Aih sedaap...

Adalah seorang pria Italia, bernama Salviatore. Salviatore ini anaknya suka banget berpetualang, dari umur 18 tahun dia sudah travelling ke mana-mana, hingga akhirnya di awal usianya yang kesekian, dia memutuskan untuk berkelana meninggalkan Italia, jauh ke selatan dunia, tepatnya ke Indonesia.

Salviatore ini orangnya sangat ganteng, bahkan menurut kabar, kegantengannya melebihi gantengnya Joseph sang anak Jacob dari jazirah arab. Di negaranya sendiri, semua wanita berlomba-lomba meraih perhatian Salvia namun tidak ada satu pun yang dipilih, sebab Salvia orangnya sangat pemilih.

Sebagaimana umumnya orang Italia, Salviatore sangat senang minum kopi, kopinya tentu saja cappuccino. Alkisah si Salvia ini sudah beberapa kali mengunjungi kedai-kedai kopi yang ada di Indonesia, dan dia kecewa, karena tidak ada yang bisa menyuguhkan cappuccino seenak yang ada di negaranya.

Hingga suatu hari Salvia secara tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis desa lugu yang sedang merantau ke Jakarta, gadis desa itu merupakan gadis yang benar-benar masih sangat polos, sepolos hermanos. Gadis desa itu bernama asli Siti Baksaroh, asli dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Siti sendiri terlahir dengan wajah buruk rupa, kulitnya agak-agak hijau lumutan, dan rambutnya yang keriting basah lepek kena keringat. Karena kondisi fisiknya itu pun, maka dia dipanggil Cincau oleh teman-temannya.


Awal pertemuan Siti dengan Salvia bermula ketika Siti sedang menjalani sebuah interview kerja di sebuah kedai kopi sebagai manajer. Luar biasa si Siti ini, padahal dia gadis lugu yang berasal dari desa, tapi dia berani untuk melamar pekerjaan menjadi seorang manajer. Memang kita tidak boleh menilai orang dari luarnya saja, sebab walaupun berasal dari kampung, belum tentu isi otaknya kampung juga.

Namun ternyata, si Siti ini memang salah nulis. Maksudnya lamaran mau ditujukan kepada bapak/ibu manajer, eh malah salah nulis jadi ngelamar untuk posisi manajer. Luar biasa. Luar biasa blo’onnya. Akhirnya karena tidak tega dengan kegigihan dan iba melihat perawakan Siti yang buruk rupa, sang manajer pun memberikan sebuah posisi untuk Siti sebagai pelayan.

Maka si Siti langsung disuruh bekerja pada hari itu juga untuk menjadi pelayan, dan secara kebetulan, orang pertama yang dia layani adalah Salviatore. Sungguh gemetar luar biasa Siti melihat perawakan Salvia yang ganteng rupawan, matanya seolah gak bisa berkedip, seperti gak punya kelopak, belo-belo gitu. Apalagi Salvia adalah seorang bule, makin bingunglah Siti mau ngomong apa, sebab namanya juga orang kampung, bahasa Inggrisnya pas-pasan. Dengan hati-hati, Siti menghampiri Salvia dan kemudian berkata:

“Eng.. anu sir, eh, mister.. what can I do to make you love me.. eh, maaf, what can I do to be continued.. eh, nganu, maaf, can I help you sir?” Siti terbata-bata. Maklum, Siti dulu aktif di kaskus, sehingga kalo ngomong, dia suka terbata-bata. Kalo lagi bagus, dia tercendol-cendol.

Tak dinyana tak disangka, ternyata Salvia menyambut kata-kata Siti dengan kata-kata yang sungguh tak diduga-duga.

“Yaelah mbak, santai aja ngapah. Bisa bahasa Indonesia guah, woles bor. Pesen cappuccino dong, atu!” kata Salvia, sambil ngangkat satu kaki di atas bangku. Tangannya bersandar di pegangan kursi, megang rokok samsu.


Rupa-rupanya Salvia ini anak polygloth, yaitu jenis orang yang senang mempelajari bahasa-bahasa asing, jadi gak heran kalo Salvia fasih berbahasa Indonesia. Sebab dia senang menonton film Indonesia sejak kecil, film kesukaannya adalah film aksi laga yang dibintangi oleh alm. H. Benyamin, Koboy Insaf.

Tak mau terlihat terkejut dengan jawaban Salvia, maka Siti berusaha tetap terlihat cool. Dengan santai dia mencatat pesanan Salvia dan berlalu begitu saja, meninggalkan kesan mendalam dalam benak Salvia, bahwa Siti adalah gadis yang tengil.

“She’s so cool, man..,” Kata Salvia pelan, berbisik ke udara.

Diam-diam, Siti sudah menetapkan dalam dirinya, kalau dia ingin mengambil hati Salvia dengan cara membuatnya terkesan, yaitu dengan membuatkan cappuccino spesial khusus untuk Salvia.

Jadi, alih-alih memberikan pesanan itu ke bagian yang bertugas membuat cappuccino, Siti malah membuat cappuccino dengan tangannya sendiri. Diam-diam, dengan tangannya yang telaten, dia ambil kopi dan bahan-bahan membuat cappuccino, asal saja, cuma kira-kira, bermodal percaya diri aja, soalnya dia belum pernah tau apa itu cappuccino. Yah, sekali lagi, namanya juga orang kampung.

“Ah, paling juga sama aja kayak kopi yang laen, namanya doang dikeren-kerenin,” kata Siti dalam hati, lalu mengaduknya dengan terampil. Maklum, namanya juga dari desa, biasa bikinin kopi buat bapak sepulang mencari belut di sawah.

Maka jadilah cappuccino buatan Siti. Meskipun awalnya dia ragu, karena setelah jadi, bentuk minuman itu gak karuan. Aneh, seperti adukan semen yang kurang air tapi kebanyakan pasir.


Siti pun jadi ragu. Namun Siti mengingat pelajaran yang pernah diajarkan guru ngajinya, kalau ragu adalah kewajaran sebagai manusia. Siti sendiri tak berani mencoba seperti apa rasa cappuccino yang sudah dimodif itu, dia hanya menetapkan keyakinan dalam dirinya, bahwa apa pun yang terjadi, dia pasrah.

Akhirnya dibawalah minuman itu ke hadapan Salvia. Sambil tersenyum tersipu malu, pelan-pelan Siti yang grogi meletakkan minuman itu ke hadapan Salvia.

Keduanya terdiam, suasana hening pun tercipta. Salvia terlihat bingung melihat seonggok minuman aneh di hadapannya, cappuccino tapi bentuknya absurd. Mencoba bersikap sopan, dalam hati Salvia berujar mungkin ini adalah cappuccino khas Indonesia.

Salvia pun perlahan mengangkat gelas, dan meneguk dengan anggun cappuccino aneh itu. Cukup satu teguk, lalu diletakkan kembali gelas tersebut. Siti yang diam-diam memperhatikan, menunggu reaksi seperti apa yang akan diberikan oleh Salvia.

Akhirnya keluar juga kata-kata dari mulut Salvia.

“Siapa nama kamu?”
“Nama saya Siti bang, tapi temen-temen saya manggil saya Cincau”
“Hmm, begitu.. Yaudah”

Siti pun malu sekaligus takut, takut kalau ternyata cappuccino buatannya gak enak dan Salvia akan melaporkannya ke atasan, apa mungkin ini adalah hari pertamanya bekerja sekaligus hari terakhirnya? Lalu siti pun berpaling, menunduk, dan berjalan meninggalkan Salvia.

Tak disangka, baru beberapa langkah memunggungi Salvia, tiba-tiba terdengar suara setengah berteriak yang sangat merdu dari belakang Siti.

“Cincau, cappucino buatanmu, numero uno!”

Lalu Siti pun berbalik badan, dan matanya bertemu hingga saling bertatapan dengan mata Salvia, maka sejak saat itu setrum-setrum unyu terjadi di antara mereka berdua. Singkat kata sejak kejadian sore itu, mereka berdua saling jatuh cinta, lalu hidup bersama.

Belakangan, Salvia baru mengetahui kalau ternyata cincau adalah nama sejenis minuman khas Indonesia, yang bentuknya mirip-mirip Siti, ijo-ijo lumut gitu. Akhirnya, untuk mengenang kisah cinta mereka, Salvia mencoba bereksperimen dengan mencampurkan cincau ke dalam resep cappuccino buatan Siti, dan ternyata rasanya enak.

Mereka berdua pun hidup bahagia selamanya dan beranak pinak. Resep itu pun tetap dijaga turun temurun oleh keluarga Siti Salvia, hingga pada akhirnya keturunan yang terakhir merasa perlu untuk memberi tahu ke seluruh dunia tentang resep tersebut.

Sejak itulah nama cappuccino cincau bergema di mana-mana.

Sekian, dilarang protes.
TAMAT.

JIKA ANDA BERMINAT MEMPUNYAI USAHA CAPPUCINO CINCAU, SAYA BISA MEMBANTU. FOLLOW US https://twitter.com/TheKentel_Coffe

Senin, 13 Januari 2014

Profil Darmajaya
Darmajaya adalah salah satu institusi pendidikan tinggi swasta (PTS) terkemuka di Provinsi Lampung, berdiri pada tahun 1995, dibawah naungan Yayasan Pendidikan Alfian Husin. Nama "DARMAJAYA", memiliki arti " Dharma Bhakti dan Jasa Yoenidar Alfian". Kampus Terpadu Darmajaya dibangun diatas tanah seluas 2,5 hektar, yang beralamat di jalan Zainal Abidin Pagar Alam, No.93B. Labuhan Ratu, Bandar Lampung, Provinsi Lampung, Indonesia. Program Pendidikan dan Bidang Keilmuan yang diselenggarakan hingga saat ini adalah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE), total program studi yang diselenggarakan berjumlah 8 (delapan) program studi, yaitu masing-masing antara lain : STMIK (Teknik Informatika-S1, Sistem Komputer -S1, Sistem Informasi-S1, Manajemen Informatika-D3, Teknik Komputer-D3) dan STIE (Manejemen-S1, Akuntansi-S1, Akuntansi-D3).
Atas Kepercayaan yang diberikan Masyarakat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat (DIKTI), STMIK-STIE DARMAJAYA telah tumbuh dan berkembang menjadi sebuah Perguruan Tinggi Besar dan memiliki reputasi baik sebagai Institusi Pendidikan. Selain itu langkah-langkah pemenuhan kebutuhan dan peremajaan Sarana - Prasarana dan Fasilitas Pendidikan menjadi faktor penting untuk menunjukkan eksistensi dan kapasitasnya di dunia pendidikan. Hal ini merupakan tujuan Darmajaya untuk dapat menjadi fasilitator dan dinamisator pertumbuhan otonomi daerah, guna pencapaian nasionalisasi dan internasionalisasi Darmajaya di bidang Pendidikan.
STMIK-STIE Darmajaya mendapat pengakuan dari Direktorat Jenderal Pendidikan dengan peningkatan status STMIK-STIE Darmajaya menjadi INFORMATICS &  BUSSINESS INSTITUTE (IBI) DARMAJAYA melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan No.167/D/O/2008 Tanggal 20 Agustus 2008. Perubahan status ini membuktikan bahwa STMIK-STIE Darmajaya diakui mempunyai keunggulan di bidang informatika dan bisnis, dan merupakan wujud kepercayaan pemerintah pusat kepada STMIK-STIE Darmajaya Lampung.
Informatics & Business Institute (IBI) Darmajaya saat ini telah menyelenggarakan program baru yaitu program Kelas Eksekutif yang merupakan bentuk lain dari kelas reguler yang diselenggarakan oleh IBI Darmajaya. Kelas yang dibuka untuk jenjang pendidikan Strata Satu (S1) ini dibuka untuk memberikan kesempatan kepada para eksekutif muda yang ingin melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Selain kelas Reguler, Ektensi dan Eksekutif IBI Darmajaya dibuka juga kelas Double Degree dimana mahasiswa dapat mengikuti di dua jurusan sekaligus di IBI Darmajaya dengan biaya yang sangat terjangkau dan waktu relatif lebih singkat.
Informatics & Business Institute (IBI) Darmajaya telah pula merintis International Class yaitu suatu program yang memungkinkan siswa kuliah di bawah kurikulum international untuk meraih gelar international dari universitas luar negeri.
Pada tanggal 11 dan 12 Mei 2009, Tim Audit Eksternal dari lembaga sertifikasi ISO terkemuka URS (United Registrar of Systems) yang berpusat di Inggris dan berkedudukan di Jakarta untuk Indonesia telah melakukan proses audit dan memastikan bahwa URS mengeluarkan sertifikat ISO 9001:2008/IWA 2 bagi IBI Darmajaya untuk Bidang Pendidikan yang merupakan standar internasional terbaru dalam Quality Management System (QMS) yang baru dikeluarkan oleh “International Organization for Standarization” pada bulan Desember 2008.  Standar baru ini merupakan penyempurnaan dari ISO 9001 versi 2000, dengan pendetilan pada area IT support, outsourcing, dan pengukuran customer satisfaction, sehingga kualitas sistem yang diterapkan lebih baik dari sistem yang hanya mengacu ke ISO 9001:2000.

faasilitas yang ada di kampus ibi darmajaya adalah:

1. DSC 

2.PERPUSTAKAAN



3.LAPANGAN FUTSAL